Langsung ke konten utama

THE GIRL WHO CAN'T BE MOVED

"It takes only a minute to get a crush on someone, an hour to like someone, and a day to love someone-but it takes a lifetime to forget someone,"

 

*  

"Tidak mudah bagiku untuk memulai. Jadi, jangan pernah tanyakan padaku bagaimana mengakhirinya,"  

*



Seorang gadis awal dua puluhan, dengan rambut cokelat emas yang menjuntai indah di sekitar punggungnya yang kecil, sedang berdiri di persimpangan jalan raya yang sibuk.

Sepasang kaki jenjangnya yang beralaskan converse high cut biru dongker, mulai gemetar menahan dinginnya terpaan salju di akhir Januari. Kepulan asap putih yang keluar dari mulutnya yang mungil semakin mempertegas betapa dingin suhu udara di sekitarnya. Dengan hanya mengenakan jaket kulit kebesaran milik kakak laki-lakinya, yang disambar begitu saja sebelum keluar dari rumahnya, sesungguhnya sang gadis tidak sanggup lagi untuk tidak membawa kaki-kakinya yang hampir membeku, menuju kafe yang berdiri tepat di sebelah kanannya untuk sekedar meneguk mocca dan kafein. Tapi sang gadis keras kepala. Dia tidak bisa beranjak dari tempatnya berdiri saat ini. Dia tidak mau meninggalkan awal dari cerita yang pernah dia tulis. Tidak jika satu detik saja yang dia lewatkan, akan membuatnya kehilangan seumur hidupnya. Tidak untuk mocca ataupun kafein. Tidak juga untuk kehangatan.

Bahkan setelah sang gadis berhasil menghitung sepuluh Ford yang melintasi persimpangan jalan tempatnya berdiri, dia tetap keras kepala. Hingga kepalanya yang mulai membeku karena kedinginan, mendapatkan ilham. Sang gadis selalu menyimpan foto laki-laki yang sangat dicintainya di dalam dompet miliknya. Foto berukuran 3x4 itu dicurinya dari dalam buku tahunan. Dengan senyuman lemah yang menghiasi wajahnya yang pucat, sang gadis bertekat untuk tetap nekat.
"Apa anda pernah melihat laki-laki ini?" tanyanya  kepada setiap orang yang lewat.
Namun, sampai matahari tenggelam, tidak ada seorang pun yang mengenali wajah laki-laki di dalam foto hitam putih miliknya. 

"Kau butuh ini?" 

"Tidak. Aku bukan pengemis. Aku tidak butuh uang," kata sang gadis ketika beberapa orang yang ditanyainya malah menyodorkan beberapa keping uang recehan.
"Aku hanya sedang patah hati," ungkap gadis itu kemudian. 

"Kau harus pergi, nak. Cuaca sudah semakin dingin," kata seorang polisi yang mulai risih melihat tingkah konyol gadis muda itu. 

"Tidak. Aku tidak bisa beranjak dari tempat ini. Tidak bisa karena jika dia berubah pikirin, ke tempat inilah dia akan pergi," jawab sang gadis keras kepala, membuat sang polisi menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.
Sekali lagi, gadis berambut cokelat emas sepunggung itu, tetap berdiri di tempatnya. Bola mata sewarna batu pirus miliknya menatap, menyisir, mencari sosok yang sangat dirindukannya. Batinnya berharap agar ketika orang yang dicintainya itu terjaga dari tidurnya yang panjang, lalu menyadari bahwa dia menyesali keputusannya, mungkin laki-laki itu akan kembali ke sini, ke tempat pertama kali mereka bertemu.

Sang gadis mungkin dikenal sebagai gadis malang yang menunggu mantan kekasihnya yang tidak kunjung datang. Tapi sang gadis tidak peduli, bahkan jika wajahnya muncul di berita televisi. Atau mungkin ada baiknya seperti itu. Karena dengan begitu, mungkin mantan kekasihnya akan mengetahui dimana dia berada. Mungkin mantan kekasihnya akan mengerti bahwa sang gadis masih sangat mencintainya.  Sang gadis sebenarnya ingin menunjukan bahwa dia tidak bisa melupakannya dan mustahil baginya untuk mencari penggantinya. Oh, sang gadis tidak akan penah bisa melakukannya.

THE END
Terinspirasi dari lagu milik The Script berjudul The Man Who Can't Be Move. here's the link to watch the song video >> https://www.youtube.com/watch?v=gS9o1FAszdk

Komentar

Postingan populer dari blog ini

The Landscape With The Fall Of Icarus

Icarus dan Daedalus, sebuah mitologi Yunani : "Ayah Icarus, Daedalus, memberikan sepasang sayap kepada anaknya. Bulu-bulu sayap itu terbuat dari lilin. Daedalus memperingatkan Icarus untuk tidak terbang terlalu dekat dengan matahari. Tidak menuruti perintah ayahnya, Icarus malah terbang menuju matahari. Sayapnya meleleh dan dia jatuh ke dalam laut di bawahnya lalu tenggelam." Pada tahun 1560-an, Pieter Bruegel, seorang pelukis Renaisans, menggambarkan kisah tentang Icarus ke dalam lukisannya yang berjudul The Landscape With The Fall Of Icarus : ANALISA LUKISAN : Lukisan ini mengandung cerita. Persfektif dilihat dari atas, dari sudut pandang Daedalus. Icarus bukanlah fokus lukisan. Kakinya tergantung di udara saat ia tenggelam di sudut kanan bawah. Tidak ada orang yang berhenti dan mencoba untuk menyelamatkannya. Meskipun tampaknya subjek lukisan adalah Icarus, hal ini tidak terjadi. Bruegel lebih tertarik menggambarkan pekerja kelas bawah dalam cahaya y...

The Best Of Klimt

Sebagai seorang penikmat seni amatiran, saya sangat mengaggumi mahakarya yang abadi dari para seniman yang melegenda. Salah satunya adalah Gustav Klimt. Pertama kali mengenal Klimt dari Inferno karya Dan Brown. Jika boleh mengutip satu paragraf yang digunakan oleh Dan Brown untuk menuliskan kekagumannya terhadap Klimt ; Dan Brown, Inferno, VIII, Yogyakarta, Bentang Pustaka, 2014, 423. "Di sebelah kanan kasino, di sebuah fasad kasar gaya Baroque, terpasang spanduk yang bahkan lebih besar berwarna biru tua, mengumumkan CA`PESARO: GALLERIA INTERNAZIONALE D`ARTE MODERNA -- galeri seni modern. bertahun-tahun yang silam Langdon pernah masuk ke sana dan melihat mahakarya Gustav Klimt, The Kiss , yang menggambarkan dua kekasih bertautan telah memicu kegairahan Langdon terhadap karya seniman itu, dan hingga hari ini Langdon menganggap Ca`Pesaro Venesia telah membangkitkan minat seumur hidupnya terhadap karya seni modern." Well, The Kiss , juga telah membangkitkan minat sa...